Rabu, 23 Oktober 2013

Cerpen Motivasi: Bugenvill Story

Diposting oleh Unknown di 20.26


Semua berawal dari bunga bugenvil yang tumbuh liar namun indah, di halaman belakang rumahku yang gersang, tempat paling ku suka untuk bermain bersama adik kecilku. Tak selalu yang terabaikan akan mati. Justru ialah yang kuat terhempas badai dan bertahan, walau getah bercucuran, daun berguguran. Dan tak mungkin pula ia sanggup berbunga kembali tanpa kupu-kupu. Suatu mutualisme simbiosis yang melahirkan keajaiban anugerah. Aku bisa karena aku dan mauku, dan kamu bisa karena kamu dan maumu, bukan karena mereka. Karena sesungguhnya motivasi ialah ada dalam dirimu sendiri. Mereka hanya sekian dari sekian-sekian faktor yang bisa menggugah satu dari sekian yang ada di dalam dirimu.
Masih ku ingat saat sang bugenvil menyaksikan manakala tanganku bergetar membuka hasil pengumuman beasiswa kuliah jalur undangan. Ahh, gagal. Dengan lesu aku menyemangati diriku sendiri, kegagalan bukan akhir segalanya, masih banyak kesempatan. Semoga ini menjadi kegagalan yang akan membuka keberhasilan yang indah suatu saat nanti.
Kesempatan keduaku, jalur tulis. Aku gagal, lagi. Sedih, kecewa. Ibuku yang sempat putus asa memberiku pengertian, “tak apa kalau tahun ini tak kuliah, bekerja saja dulu nanti kuliahnya bisa nyusul”. Namun karena lamaran kerja yang telah ku kirimkan tak jua berbalas, aku akan terus berusaha untuk bisa kuliah. Betapa sulitnya menggapai awan. Tapi aku tak boleh menyerah. Masih ada satu kesempatan pamungkas. Tabahkan hati dan terus berdoa. Hari-hari kulalui dengan belajar, belajar, dan belajar. Sampai-sampai aku lupa untuk mengisi perut saat adik kecilku mengantarkan sepiring nasi goreng ke kamarku. Manis sekali. Aku terharu.
Ternyata usaha, kesabaran dan doaku selama ini tak sia-sia. Sehari setelah menerima berita panggilan kerja di laboratorium sebuah perusahaan ternama di kota, aku mengetahui jika pada kesempatan terakhir ini, melalui jalur mandiri salah satu universitas negeri terdekat aku diterima di universitas negeri tersebut dengan beasiswa full yang ku ajukan plus biaya hidup. Alhamdulillah,, bukan main senangnya hatiku, seperti mengambang di angkasa yang penuh bintang. Rasa bimbang sempat singgah di pikiranku. Tapi aku tahu apa yang hati kecilku inginkan. Aku tahu Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk umat-Nya.
            Sedih dan senang, aku harus meninggalkan rumah dan tinggal di asrama puteri. Pasti rasanya kesepian. Dan benar, keadaannya jauh berbeda dengan di rumah. Tentu saja. Tapi aku bersyukur bertemu teman-teman baru yang baik hati di sini, dan mereka sangat beraneka ragam seperti spesies-spesies terung-terungan.
Baru kali ini jauh dari keluarga, rasanya waktu seperti kehilangan daya untuk memberiku kegiatan selain memikirkan rumah. Aku ingin pulang. Tiap hari terucap kata itu. Tapi aku tak boleh menyerah, aku harus bertahan. Ini adalah keinginanku.
Ternyata banyak acara dilingkungan baruku yang membuatku mengurungkan niat untuk pulang. Aku menunggu, bersabar. Ketika ada kesempatan untuk pulang, segera tak ku sia-siakan. Aku sudah tak sabar ingin kembali berjumpa rumahku. Aku ingin tahu apa saja yang sudah terjadi selama aku tak di sana, apakah ada yang berubah. Aku pun rindu canda tawa bersama keluarga, terutama adik kecilku. Juga bugenvil merah dan ungu yang tumbuh liar di halaman belakang rumah.
Tak terkira senangnya aku hari itu. Aku pulang! Ku lihat wajah ibu sumringah bak bunga bugenvil yang baru mekar berseri menyambutku.  Ternyata semuanya masih seperti dulu. Tak ada yang asing bagiku di sini. Aku tak sabar menanti adik kecilku pulang sekolah. Aku tak sabar untuk menggodanya lagi. Namun ketika ku lihat dia pulang dan memberi salam pada ibu, niatku itu seketika hilang. Embun pagi membendung di ujung mataku. Dengan kepolosannya, dia begitu gembira melihatku pulang. Ingin rasanya aku meluapkan bendungan itu. Tidak, tidak di depan adik kecilku. Seketika seolah senja menerobos jendela hatiku melihatnya mengenakan seragam dan sepatu lusuh itu. Dan yang paling membuatku lemas ialah ransel yang dikenakannya. Ransel biru usang yang sudah butut di sana-sini. Dan itu ransel perempuan dengan gambar hati dan kupu-kupu. Ransel itu bekas milikku dulu. Aku pun dulu tak mau memakainya karena sudah butut. Dan adikku memakainya! Ia rela menunggu hingga ayah dan ibu mempunyai uang cukup untuk membelikannya yang baru.
Kupeluk adik kecilku. Aku bertekad akan membuat adikku yang apa adanya menjadi ada apanya. Hehe,, ohh bugenvil… suatu saat kau akan menyaksikan sebuah peristiwa dimana kami menggenggam kemenangan! Aku pasti bisa!
Kini ku buktikan aku bisa! Aku bisa bertahan hingga saat ini. Aku bisa. Aku harus terus bertahan. Walaupun program studi yang ku pilih semula membuatku ragu akankah aku sanggup. Dan ternyata apa yang aku pelajari saat ini yang dulu tak ku dapat di bangku SMA sungguh membuatku terpesona dan ingin tahu. Aku bisa menghadapinya dengan senyum terkulum di bibirku. Ini adalah masa depanku. Ini pilihanku, dan ini takdirku. Terimakasih Tuhan untuk segala yang terbaik untukku.  Untukmu, lakukan apa yang kau tekadkan dan Tuhan akan menuntunmu. Dan bugenvil akan berkisah kepadamu di balik warna-warni kelopaknya yang berkilau embun tentang perjalananmu dan masa depan kemilau yang akan kau pilih.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blognya Miss. Klepto Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting